Potensi Laut Melimpah, Pemprov Banten Jadi Tambang Investasi Sektor Perikanan dan Industri Olahan

SketsaIndonesia.co.id, Banten – Provinsi Banten merupakan wilayah daratan yang berada di ujung barat Pulau Jawa yang dikelilingi oleh laut, yaitu Laut Jawa, Selat Sunda dan Samudera Hindia. Selain menjadi penghubung Pulau Sumatera-Jawa, Banten juga berhadapan dengan   Lintasan Perdagangan Nasional dan Internasional yaitu Selat Sunda yang dilalui kapal besar. Artinya, Banten menjadi bagian dari  sirkulasi perdagangan Asia dan internasional. Di samping itu, Banten memiliki garis pantai 499,62 km yang terbagi atas garis pantai yang menghadap Samudra Indonesia 138,62 km, menghadap Laut Jawa 127,10 km dan menghadap Selat Sunda 233,90 km.

Kondisi geografis semacam ini menyimpan potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat besar termasuk di dalamnya perikanan tangkap dan budidaya, industri pengolahan produk perikanan dan bioteknologi, pariwisata bahari dan pantai, pertambangan dan energi, perhubungan laut, industri kapal,  bangunan  laut  dan  pantai, hingga pulau-pulau kecil. Untuk meningkatkan produktifitas perikanan, Pemerintah Provinsi Banten memiliki Kawasan Pelabuhan Perikanan Terpadu Banten Selatan Binuangeun-Cikeusik yang tengah dibangun sesuai standar kelas Pangkalan Pendaratan Ikan bertaraf internasional dan modern.

Pelabuhan Perikanan Terpadu Binuangeun Kabupaten Lebak

Data Produksi Perikanan Tangkap Tahun 2022 menunjukan angka sebesar 67.759,28  ton dengan nilai produksi Rp. 2.24 triliun. Sementara, produksi perikanan budidaya sebesar 111.599,30  ton dengan nilai produksi Rp.  2.49 triliun.  Untuk Produksi udang vaname per Ha mencapai 4 ton, dan dalam satu tahun dua kali panen, karena masa pemeliharaannya 120 hari atau 4 bulan. Untuk harga per kg mencapai 60-70 ribu. Di bidang Perikanan Budidaya, peluang untuk dikembangkan usaha perikanan budidaya air tawar, perairan pedalaman, air payau serta budidaya laut, yang keseluruhannya mencapai luas 27.562 ha.

Provinsi Banten memiliki perairan umum yang cukup potensial dikembangkan untuk kegiatan perikanan tangkap dan perikanan budidaya, yaitu sekitar 4.928 Ha, yang terdiri dari cekdam/waduk 621 Ha, situ 320 Ha, rawa 3.416 Ha dan bekas galian pasir 572 Ha. Komuditas unggulan dari budidaya laut seperti RL Contonii, Bawal Bintang, dan Kerapu. Sedangkan budidaya air tawar, ikan mas, lele, nila. Untuk budidaya payau, udang vaname, udang windu, bandeng, serta RL Gracilaria.

Pemprov Banten juga terus mengoptimalkan pengembangan kawasan Minapolitan di lima daerah di Banten untuk mewujudkan industrialisasi kelautan dan perikanan. Wilayah yang sudah ditetapkan sebagai kawasan Minapolitan atau konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan yakni di Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, Kota Serang, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Tangerang. Minapolitan merupakan sebuah kawasan ekonomi berbasis kelautan dan perikanan yang berbasis ekonomi kawasan.

Suasana di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Binuangeun, Kabupaten Lebak.

Melimpahnya hasil perikanan tangkap dan budidaya membuka peluang bagi pertumbuhan industri pengolahan produk perikanan. Apalagi, kebutuhan produk perikanan yang menggunakan bahan baku ikan dan udang terus meningkat, mulai dari pengolahan ikan beku, pengolahan daging fillet, hingga pengolahan produk udang vaname.

Penjabat (Pj) Gubernur Provinsi Banten Al Muktabar menjelaskan, kekayaan alam serta aksesibilitas yang dimiliki Provinsi Banten menjadi modal dan daya tarik bagi investor. Ketersediaan bahan baku perikanan di Banten yang melimpah diharapkan mampu ditangkap sebagai peluang menarik oleh investor untuk membangun industri bagian hilirnya, semisal industri pengolahan produk perikanan.

“Antar daerah sudah terhubungan dengan tol seperti terbaru Tol Serang-Panimbang. Ini bisa menjadi peluang bagi kawasan industri sektor baru, apalagi kita sedang berfokus pada pemerataan wilayah investasi di Banten bagian Selatan,” jelas Al. Apalagi, daerah Kabupaten Lebak dan Pandeglang merupakan daerah penghasil perikanan tangkap yang cukup tinggi di Banten.

Selain ketersediaan kawasan industri, untuk menarik investasi masuk, Pemprov Banten memastikan berbagai kemudahan perizinan bagi investor. “Kita fasilitasi kebutuhan investor, kita ingin negara melalui pemerintah daerah betul-betul hadir melayani,” papar Al.

Realisasi Investasi Triwulan I Tahun 2023

Berdasarkan data yang diterima DPMPTSP Provinsi Banten dari Kementrian Investasi, realisasi Investasi di Provinsi Banten triwulan I Tahun 2023 mencapai Rp. 25,7 triliun. Realisasi tersebut naik 49,85% secara tahunan dibandingkan realisasi triwulan I Tahun 2022 yang hanya mencapai sebesar Rp. 17,15 triliun. Tingginya modal yang tertanam ini berdampak pada penyerapan tenaga kerja Indonesia (TKI) sebanyak 26.610 orang. Capaian Banten ini menempati posisi kelima di Indonesia sebagai provinsi dengan realisasi investasi tertinggi  pada triwulan I Tahun 2023.

Dalam periode Januari – Maret 2023, perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) telah berinvestasi senilai Rp. 15,84 triliun, dengan jumlah proyek 2.409 berkontribusi sebesar 61,63% dari total investasi yang masuk ke Banten, sedangkan perusahaan dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berkontribusi sebesar 38,37%, dengan nilai investasi Rp. 9,86 triliun, dengan proyek sebanyak 6.383 proyek. Dari total investasi yang masuk, Kota Tangerang menduduki peringkat pertama dalam realisasi investasi, yaitu sebesar Rp. 6,95 triliun. Sementara itu, Kimia dan Farmasi adalah bidang usaha yang paling dominan terealisasi investasinya, yakni mencapai Rp. 5,35 triliun.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Banten Virgojanti mengatakan, meningkatkan realisasi investasi menjadi indikator kondusifitas iklim investasi di Banten. Aspek-aspek pendukung investasi seperti infrastruktur, transportasi, layanan perizinan dan tersedianya kawasan industri akan terus menjadi konsen evaluasi Pemprov Banten.

“Untuk mendorong pertumbuhan investasi, kita terus promosikan potensi-potensi di daerah, misalnya sektor perikanan, kita informasikan daerah-daerah yang memiliki penghasil ikan terbesar kepada investor, mulai dari kapasitas produksi hingga analisis peluang-peluang industri turunan perikanan,” papar Virgo.

Kemudahan Layanan Perizinan

Dalam rangka menciptakan iklim investasi yang aman, cepat dan transparan, Provinsi Banten memberikan kemudahan bagi investor dalam mendapatkan izin usaha dengan aplikasi perijinan (daring) SIPEKA sebagai program pendukung Online Single Submission Risk Based Approach (OSS-RBA), salah satu aplikasi yang dibuat dengan sistem paper-less yang sangat memudahkan para investor untuk menanamkan modalnya di Provinsi Banten.

Suasana kantor layanan perizinan DPMPTSP Provinsi Banten

OSS–RBA atau Perizinan Berusaha Berbasis Risiko adalah perizinan berusaha yang diberikan kepada pelaku usaha untuk memulai dan menjalankan kegiatan usahanya yang dinilai berdasarkan tingkat risiko kegiatan usaha. “Untuk menarik investor, kita pastikan instrumen perizinan terus diperbaiki. Kita bangun sinergi dengan DPMPTSP Kabupaten/kota dan OPD terkait,” jelas Virgo.[Adv]

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *